Jalur Gaza. eNewskalteng.com — Flotila Sumud Global (GSF) yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza diperkirakan akan memasuki zona risiko tinggi dalam dua hari ke depan. Armada tersebut tengah menjalani etape terakhir perjalanan yang diperkirakan menempuh jarak 370 mil laut dengan perkiraan waktu tiba di Gaza sekitar empat hari lagi.
“Dalam dua hari, kapal-kapal tersebut akan memasuki apa yang disebut sebagai ‘zona oranye’, area yang paling mungkin dicegat Israel,” ungkap pernyataan resmi misi GSF di akun Instagram, Selasa (30/9/2025).
Sebelumnya, salah satu kapal, Johnny M, mengalami kebocoran mesin sehingga harus berhenti sementara. Seluruh peserta berhasil dievakuasi dengan aman ke kapal lain. Penyelenggara menegaskan insiden itu tidak akan menghambat misi secara signifikan. Saat ini, lebih dari 40 kapal dalam armada tersebut dikawal satu kapal militer Italia, dan fregat Spanyol dijadwalkan segera bergabung.
Ancaman Israel
Media Israel, termasuk KAN, melaporkan pemerintah Israel sedang menyiapkan langkah pencegatan. Hal itu berpotensi mengulang peristiwa penyitaan kapal Madeleine dan Handala pada Juni dan Juli lalu, ketika para aktivis ditangkap paksa dan dideportasi.
Armada GSF membawa bantuan kemanusiaan seperti susu formula bayi dan perlengkapan medis. Di dalamnya juga terdapat relawan lintas profesi, mulai dari dokter, pengacara, anggota parlemen, serikat pekerja, hingga aktivis hak asasi manusia.
Namun Kementerian Luar Negeri Israel menuding misi ini sebagai “armada Hamas” dan menegaskan tidak akan mengizinkan kapal memasuki “zona pertempuran aktif”. Israel meminta agar kapal berlabuh di Ashkelon untuk menurunkan bantuan.
Serangan dan Seruan Global
The Times of Israel melaporkan Angkatan Laut Israel sudah bersiap mencegat armada, meski diakui tantangannya lebih besar karena kali ini jumlah kapal lebih banyak. Rabu lalu, setidaknya 14 kapal dilaporkan diserang drone dengan zat kimia dan penonaktifan komunikasi darurat.
Dalam konferensi pers, aktivis GSF menyerukan dunia internasional untuk menekan Israel menghentikan serangan. Mandla Mandela, cucu Nelson Mandela yang ikut serta, menegaskan aksi Israel mencerminkan pola kekerasan serupa apartheid Afrika Selatan.
“Upaya GSF tidak akan berhenti hingga genosida berakhir, bantuan kemanusiaan mengalir bebas, dan rakyat Palestina merdeka,” tegas Mandela.
Krisis Kemanusiaan Gaza
Sejak 7 Oktober 2023, Israel melancarkan agresi militer besar-besaran di Gaza dengan dukungan Amerika Serikat. Hingga kini, lebih dari 66.000 warga Palestina tewas dan lebih dari 168.000 terluka. Sebagian besar penduduk terpaksa mengungsi, sementara infrastruktur hancur parah — situasi terburuk sejak Perang Dunia II. (sumber/ SindoNews)